Apa itu Bullying?
Menurut American
Psychological Association, bullying adalah suatu bentuk tindakan agresif yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dan berulang kali dengan tujuan untuk
melukai atau mengakibatkan ketidaknyamanan pada orang lain. Bullying bisa
dilakukan secara fisik, lisan, maupun cara lain yang lebih halus seperti
memaksa atau memanipulasi.
Bullying adalah
tindakan penindasan yang sering kali dilakukan secara berkelompok. Pada
lingkungan sekolah, kelompok yang melakukan bullying cenderung merasa berkuasa
dan menganggap anak lain lebih lemah dari mereka. Hal yang sama juga dapat
ditemukan di lingkungan kerja dan sosial lainnya. Orang-orang dengan kekuasaan
memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan penindasan.
Adapun beberapa contoh
bullying yang sulit dideteksi adalah intimidasi, ancaman, dan pengucilan. Meski
tidak meninggalkan bekas fisik, tindakan-tindakan bullying tersebut tetap
berdampak negatif terhadap kesehatan mental korban.
Penyebab Bullying
Keinginan untuk
melakukan bullying tidak muncul dengan sendirinya. Faktor penyebabnya dapat
berasal dari lingkungan keluarga, sosial, maupun diri sendiri. Adapun beberapa
penyebab seseorang melakukan bullying adalah sebagai berikut:
- ·
Melihat orang tua yang sering bertengkar.
- ·
Pola asuh orang tua yang tidak sehat (terlalu
dibebaskan, terlalu keras, maupun kekurangan kasih sayang dan perhatian).
- ·
Pernah menjadi korban tindak kekerasan/bullying.
- ·
Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
- ·
Sulit dalam bersosialisasi.
- ·
Cemburu dengan orang lain.
- ·
Ingin diterima dalam pergaulan.
- ·
Pengaruh dari orang-orang sekitarnya untuk ikut
melakukan bullying.
- ·
Pengaruh dari game atau tontonan yang tidak sesuai
dengan usianya.
- ·
Merasa lebih baik dengan menggunakan kekuatan fisik
untuk melampiaskan amarah atau balas dendam.
- ·
Selalu ingin mendominasi dan berkuasa atas orang lain.
- ·
Tidak bisa mengontrol diri.
Jenis-Jenis Bullying
Terdapat beberapa
jenis bullying yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial anak maupun orang
dewasa, yaitu:
1. Bullying secara
Fisik
Bullying yang
dilakukan secara fisik biasanya meninggalkan bekas luka di bagian tubuh,
seperti memar. Adapun beberapa contoh tindakan bullying yang dilakukan secara
fisik adalah memukul, menendang, menjegal, mencubit, atau mendorong seseorang.
Selain melukai tubuh
seseorang, perusakan barang berharga juga termasuk jenis bullying fisik yang
dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh, merusak mobil atau
mencoret-coret tembok rumah seseorang untuk melampiaskan rasa kesal.
2. Bullying secara
Lisan (Verbal)
Tindakan bullying juga
bisa dilakukan secara lisan, seperti menghina, mengejek, dan mengolok orang
lain. Meskipun tidak meninggalkan luka yang terlihat secara fisik, bullying
secara lisan ini merupakan jenis pelecehan yang ditargetkan (targeted
harassment) yang pada akhirnya dapat berujung pada tindakan kekerasan fisik.
Bagi sebagian orang,
bullying verbal dinilai lebih berbahaya dari bullying fisik karena tipe
bullying ini dapat menghancurkan harga diri dan citra diri korban. Kata-kata
menyakitkan yang ditujukan untuk korban bisa membekas di hati dalam waktu yang
lama dan memengaruhi kesehatan jiwaannya.
3. Bullying secara
Sosial
Bullying yang
dilakukan secara sosial biasanya tidak mudah dideteksi. Maka dari itu, jenis
bullying ini sering dikenal sebagai penindasan terselubung (covert bullying).
Tujuannya adalah untuk merusak reputasi seseorang dalam lingkungan sosial.
Adapun contoh-contoh bullying secara sosial adalah:
- ·
Menyebarkan kebohongan atau gosip tentang seseorang.
- ·
Melontarkan lelucon untuk mempermalukan dan menghina
orang lain.
- ·
Mendorong orang lain di sekitar untuk mengucilkan
seseorang.
- ·
Tatapan sinis yang ditujukan untuk mengintimidasi
secara halus.
4. Bullying di
Internet (Cyberbullying)
Cyberbullying adalah
bentuk tindakan agresif yang ditujukan kepada seseorang melalui teknologi
digital. Umumnya, cyberbullying terjadi di media sosial, game online, dan
platform lain yang menyediakan kolom interaksi. Bullying di sini tidak
dilakukan dengan tatap muka, melainkan secara virtual atau online. Adapun
contoh dari cyberbullying adalah:
- ·
Mengirimkan teks, email, gambar, atau video yang
isinya mengejek, mengancam, bernada kasar, berbau seksual, dan agresif.
- ·
Mengucilkan seseorang dalam lingkup pertemanan online
dengan sengaja.
- ·
Menyebarkan kebohongan atau aib tentang seseorang di
media sosial.
- ·
Meniru orang lain dengan menggunakan foto dan
informasi pribadi mereka.
- ·
Mengunggah klip pribadi tanpa consent dengan tujuan
mempermalukan seseorang, seperti revenge porn.
Cara Mengatasi
Bullying
Orang tua perlu
mengambil peran aktif untuk mengatasi tanda-tanda perlakuan bullying yang ada
pada anak. Beberapa cara untuk menangani anak yang terindikasi melakukan
bullying adalah:
1. Lebih Dekat dengan
Anak
Pola asuh orang tua
memiliki peran penting di sini dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan emosional
anak. Mulailah mendekati anak dan cobalah membangun hubungan komunikasi yang
lebih baik. Hal ini juga akan mendorong anak untuk mau menjadi lebih terbuka,
sehingga orang tua dapat mengidentifikasi sumber masalah yang berujung pada
tindakan bullying.
2. Mengajari Anak Cara
Mengendalikan Stres
Apabila tindakan
bullying yang dilakukan anak merupakan cara mereka untuk melampiaskan stres,
maka orang tua perlu mengajari anak cara mengendalikan stres dengan mencari dan
melakukan kegiatan positif. Adapun kegiatan-kegiatan aktif, seperti
berolahraga, menghabiskan waktu di alam, atau bermain dengan hewan, dapat
menjadi pilihan untuk membantu anak mengendalikan stres.
3. Mengawasi
Penggunaan Gawai pada Anak
Screen time pada anak
perlu dibatasi agar ia tidak menggunakan gawai terlalu lama. Hal ini berguna
untuk mencegah si kecil menonton konten-konten berbahaya atau tidak sesuai usia
yang dapat memicu dirinya melakukan tindakan bullying. Untuk mempermudah
pengawasan konten-konten yang dikonsumsi anak, sebaiknya orang tua mengaktifkan
fitur filter konten yang tersedia di aplikasi terkait.
4. Mendisiplinkan Anak
Tanpa Kekerasan
Apabila anak
menunjukkan tanda-tanda melakukan bullying, orang tua perlu turun tangan dan
mendisiplinkan anak dengan segera. Namun, hindari cara mendisiplinkan anak
dengan kekerasan.
Orang tua dapat
mendisiplinkan anak melalui cara-cara yang positif seperti membiasakan anak
dengan keteraturan dan rutinitas, menjelaskan kepada anak mengenai konsekuensi
dari kesalahan yang dibuat, atau memberikan pujian atas perilaku baik anak.
Cara Mencegah Bullying
Untuk mencegah
terjadinya bullying yang dilakukan oleh atau kepada anak, orang tua dapat
menerapkan hal-hal berikut:
1. Mengajari Anak
tentang Bullying
Anak perlu mengetahui
bahwa bullying atau menindas orang lain adalah hal yang tidak baik. Berikan
contoh bahwa memukul teman atau menghina orang lain sebagai lelucon adalah hal
yang tidak baik dan tidak terhormat, serta dapat menimbulkan trauma bagi para
korbannya. Dengan begitu, anak dapat mengerti dan tidak melakukan tindakan agresif
kepada orang lain.
2. Membangun Rasa
Percaya Diri pada Anak
Bullying bisa terjadi
karena rasa percaya diri yang rendah. Untuk itu, cobalah bangun rasa percaya
diri anak dengan mendorongnya melakukan hal-hal yang positif dan disukai di
sekolah. Sebagai contoh, dukung anak untuk mengembangkan kemampuan musiknya
dengan mengikuti klub musik di sekolahnya.
3. Menjadi Contoh yang
Baik kepada Anak
Orang tua perlu
memberikan contoh yang baik kepada anak. Oleh karena itu, sikap baik dan rasa
hormat perlu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal sederhana seperti
menyapa tetangga ketika berpapasan atau menolong orang bisa menanamkan nilai
kebaikan dan empati pada anak.